Jumat, 06 Juni 2008

Aku, Kehamilanku, dan Infeksi TORCH

Aku, Kehamilanku, dan Infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex)

Ada sesuatu yang mendorongku untuk menuliskan ini. Aku pengen semua istri yang sedang berencana untuk hamil agar lebih waspada dan peduli pada kesehatan pra kehamilan. Sebab, anak yang kita kandung adalah penerus penegak agama Allah di muka bumi. Kesehatan ibu yang mengandungnya sangat mempengaruhi itu semua. Juni 2007 lalu aku harus merelakan abortus terjadi pada kehamilan pertamaku yang berusia tiga bulan. Meskipun tidak tahu persis apa penyebabnya, pemeriksaan laboratorium pasca kuretasi membuatku jadi lebih waspada.

Justru setelah keguguran, aku baru dengan seksama menjadi lebih peduli terhadap kondisi tubuhku sendiri. Pemeriksaan TORCH lengkap yang kulakukan atas anjuran dokter kandungan membawaku pada sebuah tekad untuk lebih baik dan lebih sehat sebelum kehamilan berikutnya. Beberapa hasil penelusuranku di situs ahli penyakit TORCH Prof Juanda dan situs-situs penyakit infeksi juga membuatku sadar. Sudah banyak orang yang harus berkali-kali keguguran sebelum akhirnya menyadari. Semoga semua ini menjadi hikmah.

Apa yang kualami tidaklah separah yang sudah dialami pasien-pasien Prof Djuanda. Untuk Toxoplasma dan Herpes Simplex (HSV), hasil lab menunjukkan tidak ada infeksi virus-virus ini pada tubuhku baik di masa lampau maupun masa sekarang (ditunjukkan dengan IgG negative dan IgM negative). Kondisi ini harus dijaga agar aku tidak terinfeksi virus2 itu selama kehamilan. Kalau gak pandai menjaga kesehatan, bisa aja terinfeksi virus ini dan infeksi primer justru lebih berbahaya daripada infeksi sekunder. Maksudnya, pertama kali terinfeksi ketika hamil itu lebih berbahaya karena tubuh kita belum punya antibody terhadap virus itu.

Sementara untuk virus Rubella dan Cytomegalovirus (CMV), IgM keduanya negatif, artinya aku tidak terinfeksi virus-virus itu di masa sekarang. Tapi, IgG (infeksi masa lampau) untuk keduanya positif dengan titer yang menurut dokter harus diturunkan supaya aman. Dalam arti, imunitas tubuh ditingkatkan, sehingga ketika hamil dan umumnya daya tahan tubuh menurun, serangan berulang virusnya masih bisa dilawan oleh tubuh. Caranya, dokter kandungan memberiku obat anti virus yang harus diminum selama 10 hari, dilanjutkan dengan antivirus lainnya selama 10 hari. Ditambah dengan obat untuk meningkatkan imunitas tubuh yang diminum selama sebulan. Kemudian 10 hari setelah obat virus habis tes lab untuk Anti-Rubella IgG dan Anti-CMV IgG diulang kembali untuk melihat apakah titernya turun. Diharapkan titernya turun sampai ke titik aman. Kata dokterku sih, titik amannya bisa beda-beda untuk tiap wanita karena kekebalan tubuh tiap wanita juga beda.

Yah, aku sih menurut saja sama dokterku itu. Secara aku juga mendapatkan benang merah dari penjelasan dokter dengan berbagai informasi yang kudapat dari penelusuran. Aku percaya bahwa kondisiku bisa membaik dan sampai pada titik aman untuk bisa hamil lagi. Apalagi untuk masalah kesuburan tidak ada permasalahan.

Namun, satu hal yang terbersit di kepalaku adalah pengalaman tiap orang barangkali bisa berbeda. Dan pengalamanku yang tak terlupakan adalah bahwa peran suami dalam memahami kondisi istri sangat penting. Bagaimanapun sakit yang kita derita, tidak akan terasa berat ketika suami tetap tegar dan memberikan dukungannya setiap waktu kepada kita.

Percayalah

Buat rekan-rekan ini aku sharing beberapa artikel yang menurutku relatif cukup mudah dimengerti untuk orang awam dengan latar belakang pendidikan non kedokteran. Memang banyak sekali informasi, tetapi memang banyak juga yang cukup membuat orang awam bingung memahaminya. Kecuali buat para alumnus biologi yang doyan belajar virus no problem deh….. (hehehehe…)

Check it out

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar: