Jumat, 06 Juni 2008

KUMPULAN PUISI

E K S E K U S I (1)

Kumpulan puisi dari nomor 1 sampai nomor 20

oleh
HD. Haryo Sasongko



1. HARI INI (I)

hari ini, satu oktober enam lima
dewan revolusi telah menyelamatkan
presiden pemimpin besar revolusi
dari kudeta dewan jenderal
yang akan mengambilalih kekuasaan

hari ini seluruh kekuasaan negara
dan kabinet dwikora telah demisioner
dewan revolusi yang berkuasa
untuk sementara

para jenderal yang akan melakukan kudeta
telah ditangkap dan diamankan

ini demi pelaksanaan pancasila
dan panca azimat revolusi

Diangkat dari Dekrit No. 1 tentang pembentukan
Dewan Revolusi oleh Letkol Untung.


* * *


2. HARI INI (II)

hari ini, satu oktober anem lima
telah terjadi penculikan atasnama
daripada dewan revolusi
terhadap anem orang jenderal
yang dituduh menjadi anggota
daripada dewan jenderal

saya nyataken
pemimpin besar revolusi tetep selamet
daripada kudeta yang digerakken
daripada dewan revolusi
yang menginginken merebut kekuasaan

tindakan daripada mereka kontra revolusioner
dan harus diberantas sampai
ke akar-akarnya
negara kesatuan republik indonesia
tetep jaya
dan pimpinan daripada angkatan darat
untuk sementara di tangan saya

kita pasti menang
dan terus berjuang atas dasar pancasila



Disarikan dari pidato pimpinan sementara
Angkatan Darat, Mayor Jenderal Soeharto.


* * *



3. HARI INI (III)

hari ini, satu oktober enam lima
saya presiden panglima abri
tetap memegang pimpinan negara
dan revolusi
untuk sementara
pimpinan angkatan darat di tangan saya
pelaksana sehari-hari
di tangan pranoto reksosamudro
rakyat harus meningkatkan kewaspadaan
dan memelihara kesatuan dan persatuan

Disarikan dari Pengumuman Presiden Soekarno


* * *

HARI INI ......
RAKYAT BINGUNG

hari ini seluruh rakyat Indonesia bingung
mendengar berita simpang-siur
di sebelah sini ada dewan revolusi
di sebelah sana ada dewan jenderal

semua menyatakan telah menyelamatkan
presiden pemimpin besar revolusi
semua menyatakan ada perebutan kekuasaan
semua menyatakan ada usaha untuk
menggulingkan
pemerintahan yang sah

kisah tarian harum bunga dari
lubang buaya
serta berita pemotongan kelamin dan
pencungkilan mata
telah beredar ke mana-mana

dan korban pun mulai berjatuhan
awal dari tragedi paling suram
langit nusantara mencucurkan airmata
bumi pertiwi mandi darah
bangsa sendiri

* * *

5. S U P E R S E M A R (I)*

kuperintahkan kepadamu
letnan jenderal soeharto
untuk meningkatkan jalannya revolusi dan
kestabilan jalannya pemerintahan
serta keselamatan pribadi dan
kewibawaan presiden
serta melaksanakan segala ajarannya dengan pasti

surat perintah ini bukan pengalihan kekuasaan
atau transfer of authority
bukan hak untuk melakukan keputusan
atau tindakan politik

dan kau soeharto
harus melaporkan segala sesuatunya
yang bersangkutan dalam tugas
dan tanggungjawabmu
sesuai dengan surat perintah
sebelas maret ini

*) Disarikan dari bunyi Supersemar dan pidato
Kenegaraan Presiden Soekarno, 17 Agustus
1966 "Jangan Sekali-sekali Meninggalkan
Sejarah (Jasmerah

* * *

6. S U P E R S E M A R (II)

atasnama lima azimat revolusi indonesia
presiden, pemimpin besar revolusi
hari ini duabelas maret anem-anem
aku bubarken pe-ka-i dan semua
organisasi daripada yang seasas
atau bernaung di bawahnya

ini hakku karena supersemar sudah
tergenggam di tanganku
dan demi daripada memenuhi
tri tuntutan rakyat
serta stabilitas daripada keamanan nasional

dan kau soekarno
kini tak punya kuasa apa-apa lagi
juga ajaranmu tak perlu dilaksanaken
dengan pasti atau tidak dengan pasti
malah harus dilarang dengan pasti

karena kau tak lagi punya kuasa
aku tak perlu melaporkan apa pun
kepadamu

* * *

7. MENANTI KOMANDO
PEMIMPIN BESAR REVOLUSI


berita dari lubangbuaya itu menggelegar
membuat gempar dan ingar bingar
penduduk seluruh negeri
mereka bingung dan tak mengerti
kenapa semua itu telah terjadi

tujuh tentara dibantai
oleh sesama tentara di pagi buta
enam di antaranya
jenderal

dan sesudah itu
ratusan ribu anak rakyat ganti dibantai
oleh tentara, polisi dan massa

negeri ini mandi darah
juga air mata
dalam kemasan duka

mereka yang nyawanya terancam
dijemput maut
tak bisa berkutik
atau memberi perlawanan

sebab untuk melawan
harus menunggu komando tertinggi
pemimpin besar revolusi
yang tak kunjung datang

hingga ratusan ribu nyawa melayang
tubuh mereka terbuang
seperti rumput kering

* * *

8. CERAMAH PAK LURAH

sejak hari ini kita harus meningkatkan kewaspadaan
sebab di antara kita mungkin akan melakukan
pemberontakan
menggulingkan pemerintah yang sah
dan merebut kekuasaan

massa di balai kelurahan itu terhenyak
saling pandang tak mengerti
bagaimana di desa begini sepi
akan ada pemberontakan
dan perebutan kekuasaan

apakah di antara kalian ada yang menjadi
anggota pe-ka-i?
tanya pak lurah
semua diam
atau pendukung dan simpatisannya?
katanya lagi lebih keras
semua diam
mereka ini harus diganyang
kalau tidak
ganti kita yang akan diganyang oleh mereka
di lubangbuaya, gerwani berani memotong alat kelamin
para jenderal

kata siapa?
massa yang dikumpulkan berteriak histeris
kata surat kabar!

di lubangbuaya, anggota pemuda rakyat berani mencongkel
mata para jenderal

kata siapa?
massa kembali histeris
kata berita radio!
apa kalian tak percaya suratkabar dan radio?

kalau begitu mereka harus kita ganyang!
teriak seorang warga
ya, ganyaaaannnngggg....!
kalau begitu kita harus habisi nyawa mereka
ya, habiissssiiiii.....!
kalau begitu mereka harus kita basmi
ya, bassmmmiiiii...!

massa semakin beringas dan bubar
tak lama kembali lagi ke balai kelurahan
mereka membawa pentungan, linggis,
golok dan minyak tanah

pak lurah tersenyum
mereka kembali bubar menyebar

dan tak lama kemudian api berkobar
di mana-mana di sudut desa
gubug tua hingga rumah gedongan
rata dengan tanah

di mana-mana ada leher tanpa kepala
di mana-mana ada kepala tanpa leher

malam itu langit terbakar
bumi gonjang-ganjing
desa itu meriah jadi ladang
pembantaian

anak-anak menangis
tak ada yang peduli
semua ketakutan
kecuali pak lurah
yang tetap tenang dan aman

esok malamnya sejumlah tentara
dan polisi
datang ke kelurahan dan menangkapnya
bapak kami bawa karena ada indikasi
terlibat pe-ka-i

massa kembali ingar bingar
saling pandang
kebingungan

* * *



9. T E R L I B A T

sejak pecah tragedi berdarah itu
semua orang berusaha untuk tidak
dituduh terlibat

mereka yang merasa pernah ikut
atau sekadar ikut-ikutan dalam kegiatan
yang dapat memberinya indikasi pe-ka-i
kalau perlu membakar rumah
atau membunuh kawan sendiri

biarlah tangannya berlumuran darah
asal dapat dicuci dengan pancasila
biarlah kakinya menendang dan menerjang
rumah kawan sendiri
asal bisa dicuci dengan stempel
anti komunis

semua ketakutan
semua kebingungan
lalu mereka adu cepat
menjadi pengkhianat
dengan membantai kawan sendiri

* * *



10. P E M B E R S I H A N

ada hujan gerimis membasahi desa itu
ada hujan tangis menembus setiap pintu
dan jendela di setiap rumah
jerit pilu anak-anak
hanya anak-anak

malam yang sepi itu pun
menjadi ingar-bingar
semua bertanya
semua tak menjawab
segalanya terjadi dalam sekejap
bagai misteri

semua orang dewasa
juga yang sudah tua
telah dibawa pergi
dengan truk polisi

* * *

11. DARI BALIK KAWAT
BERDURI


dari balik kawat berduri itu kulihat ayahku berdiri
sempoyongan diterpa lapar dan derita berkepanjangan
namun dia berusaha untuk merenda senyum
dilontarkan ke arahku bersama lambaian tangannya
yang kurus kering dan penuh bekas luka

aku tak bisa mendengar suaranya
karena di wilayah penjara tak boleh berkata-kata
kecuali waktu diperiksa dan disiksa
namun aku dapat menangkap senyum dan lambaian tangan itu
yang penuh arti dan makna
menembus hatiku

aku masih ingat
ketika tidur lelap
saat sepatu tentara itu
mendobrak pintu yang telah rapuh
dimakan usia

ayahku mereka bawa dan lenyap
ditelan gelap
dan selanjutnya adalah perjalanan panjang
yang tak berkesudahan
hanya sebatas kawat berduri itu
dia berdiri aku berdiri
dan saling berbicara
dalam sunyi

malam itu adalah malam pembersihan
di desa itu tak boleh ada lagi
orang yang dicurigai ikut pe-ka-i

mereka harus dibasmi
karena komunis tak sesuai pancasila
mereka harus dimusnahkan
karena komunis bertentangan
dengan agama

itulah vonis yang harus mereka terima
itulah hukum yang harus mereka jalani
tak perlu ada pemeriksaan
karena pemeriksaan hanya untuk
pencuri ayam
tak perlu ada pengadilan
karena pengadilan hanya untuk
pencopet

dan anak-anak yang mereka tinggalkan
tak pernah mengerti
semua itu kebiadaban

* * *

12. DI KUBURAN ITU *)

di depan gundukan tanah yang hitam basah
dia jongkok dengan air mata melimpah
lalu malam pun kembali hening
setelah gema letusan bedil itu menghilang

dari celah rumpun bambu
dia melihat manusia-manusia kurus itu
terjatuh satu satu
masuk ke dalam lubang yang telah menunggu
"dan salah satunya bapakku"
bisik anak itu kepada angin lalu
dan dedaunan serta pohon yang membisu

hatinya meronta saat menatap
peluru menembus tubuh ayahnya
dia ingin menjerit dan meradang
namun rasa takut menghadang
membuatnya tak berdaya
dan lagi siapa yang berani melawan tentara?

sudah empat tahun dia tak pernah lagi
melihat ayahnya mengayun cangkul
dengan dada telanjang kehitaman
mengolah tanah di sepetak sawah

sejak massa entah siapa itu
datang menerjang
melumatkan segala miliknya dalam
api unggun
ayahnya diseret bagaikan bangkai anjing
dan esok paginya baru dia diberitahu
"bapakmu pe-ka-i, jadi harus
masuk bui!"
kata pak polisi

dan mulai hari itu si ayah tak pernah
kembali
hanya sekilas dia melihat lagi
ketika di pinggir hutan ada eksekusi

"mak, betul, bapak mati di lubang ini"
katanya dengan air mata melimpah

*). Diangkat dari pengakuan anak seorang tapol
dari Klaten yang ketika masih bocah
menyaksikan ayahnya dibunuh bersama tapol
lainnya dan dikubur dalam satu lubang
di pinggir hutan.

* * *

13. MIMPI
TENTANG REVOLUSI *)




mereka yang mati dibantai amuk massa
atau moncong senjata
karena dituduh pengikut pe-ka-i
memang korban kebodohan
para petinggi partai palu arit
yang sedang mimpi
tentang revolusi

jangan tampilkan kambing hitam
amerika atau tentara terlibat
jangan tonjolkan soekarno
yang tak pernah mengeluarkan komando
jangan bicara tentang kaum
kontra revolusi
atau mereka yang anti nasakom

semua ini terjadi karena petinggi pe-ka-i
hanya tahu "revolusi kedodoran"
revolusi yang bukan revolusi
hanya avonturisme
kekanak-kanakan

tak usahlah mencari
kambing hitam
tentara dan CIA ikut terlibat
janganlah mencari kambing hitam
pe-ka-i dijadikan korban
kudeta merangkak

semua itu mungkin saja
benar
tetapi yang jelas benar
para petinggi pe-ka-i memang
keblinger
segelintir tentara ingin naik tahta
berjuta buruh tani tersungkur
mencium bumi
demi memasung seorang soekarno
berjuta anak bangsa tersingkir
ke balik terali besi

*) dari wawancara dengan AM Hanafi,
mantan Duta Besar RI untuk Cuba.

* * *

14. TENTANG KADAL DAN
JENDERAL *)





aku memang sering membunuh kadal
tapi aku tak pernah melihat jenderal
apalagi membunuhnya

aku memang sering melihat kopral
tapi aku tak pernah kenal
apalagi menyiksanya

sepanjang hari aku hanya bergaul
dengan lumpur sawah dan cangkul
yang hitam basah

karena itu aku tak mengerti
kenapa sebentar lagi
harus mati
untuk menebus dosa
yang tak kupahami



*) Diangkat dari hasil wawancara dengan
keluarga seorang bekas anggota BTI
Kajen yang ditahan di Penjara Pekalongan
dan yang sempat meninggalkan pesan
terakhirnya sebelum kematian datang
menjemput melalui penyiksaan.

* * *


15. TRAGEDI KARSITUN *)

karsitun petani utun dari desa
padurekso
mati terkapar seperti celeng buronan
tubuhnya remuk seperti onggokan sampah
setelah ditemukan massa
sembunyi di pinggir kali sengkarang

dia harus diamankan
karena akan melakukan pemberontakan
seru massa entah siapa
dia harus mati karena menjadi anggota be-te-i
teriak massa entah siapa lagi

dan karsitun yang hanya sekolah
sampai kelas tiga es-de
menjadi korban sia-sia
dari sandiwara politik
yang gelap baginya



*). Padurekso, desa kecil di pinggir kali
Sengkarang yang melintasi Kabupaten
Pekalongan Jawa Tengah, tempat tinggal
Karsitun bersama istri dan empat orang
anaknya. Kisah kematiannya diangkat
berdasarkan informasi dari berbagai sumber
yang mengetahui peristiwa tersebut

* * *

16. A Y A H

ibu, sebenarnya siapakah ayahku?
di mana pula dia berada?

si ibu tak segera menjawab pertanyaan
anaknya yang semata wayang itu

kenapa ibu malah menangis dengan
pertanyaanku?
apakah ibu tak punya suami?

punya, tapi hanya sekejap
kata si ibu sambil terus menyeka
air matanya
si anak terperangah
belum pernah mendengar ada ayah
hanya hadir dalam sekejap

si ibu bercerita dengan mata basah
peristiwa malam jahanam itu
yang membuat si anak hadir di bumi ini

semua lelaki yang dituduh pe-ka-i
ditangkap dan dihajar sampai mati
istrinya yang dituduh gerwani diperkosa
lalu ditinggal pergi untuk tidak pernah
kembali lagi

karena itu kau tak punya ayah
kau korban tragedi politik

si anak segera lari ke luar
akan kubunuh dia, kuhajar
teriaknya
mulutnya berbusa-busa

ini bukan korban politik
ini korban kebuasan
ini bencana kebiadaban
dan kebuasan harus dimusnahkan
kebiadaban harus ditumpas

si anak terus berlari sambil
mengacung-acungkan tinjunya
keringatnya berleleran
tak jelas mau ke mana
sampai kemudian dia jatuh terkapar

* * *

17. DIA TELAH PERGI *)

sepasang kaki itu terasa melayang
ketika untuk pertama kalinya
dia injak lagi tanah ungu basah
setelah sejak tigabelas tahun lalu
dia tinggalkan kampung itu
dengan paksa
karena digiring pukulan rotan
dan cambukan yang menghujani
badan dan kepalanya

ayahnya yang tua renta ada di sebelahnya
dengan perlakuan sama
keduanya dilemparkan ke atas truk
tanpa daya
dan akhirnya harus mendekam
dalam penjara entah berapa lama
untuk kemudian
mereka dipisahkan tanpa tahu
satu sama lain

mak, saya pulang
di mana bapak?
serunya di depan pintu
setelah diantar pak lurah
seusai upacara pembebasan
di alun-alun kecamatan
tiga belas tahun kemudian

pintu rumah itu terbuka
seorang perempuan tua muncul
dengan wajah mendung
jangan panggil aku emak, katanya lirih
aku sekarang bukan lagi emakmu
dulu aku emak tirimu selagi ayahmu
masih hidup
kini dia telah pergi untuk selamanya
kabarnya mati disiksa
dan entah dikubur di mana

si anak menitikkan air mata
si emak segera menutup pintu
pak lurah terpana
namun tak mampu berbuat apa-apa

gerimis memeluk hari
yang semakin kelam menjelang malam
si anak pun pergi menembus gelap
setelah menganggukkan kepala
pada pak lurah yang tampak gundah
matanya hanya bisa memandangi
warganya yang kurus itu semakin menjauh
dan hilang ditelan bayang-bayang
pepohonan yang angkuh
dan tak mau peduli



*) diangkat dari kisah anak dan ayah dari desa
Pedawang Kabupaten Pekalongan yang
menjadi tapol.

* * *

18. DOSA ITU DATANG
LEWAT PERUT


ayahmu dibantai sampai mati
di depan mataku
ketika kau masih tidur lelap
di dalam perut ini

aku menjerit
tapi kemudian dibungkam celurit
di leherku

aku menangis
tapi kemudian disumbat ujung bedil
di mulutku

perutku bergerak-gerak mulas
seolah kau juga ikut meronta
seperti ayahmu saat dijemput maut

itu kisah ibuku yang selalu tersimpan
dalam kalbu
meski sudah sekian tahun berlalu

ketika aku mau masuk sekolah
nama ayahku dikalungkan ke leherku
kau tak pantas sekolah di sini
karena kau anak pe-ka-i
kata mereka dengan wajah sinis

ketika aku ingin bekerja
semua yang melihatku tertawa
tak ada lowongan bagi anak pemberontak
kata mereka lagi dengan wajah bengis

dan aku pun hanya bisa pergi
ke pinggir jalan
menjadi gelandangan

hatiku sakit
jiwaku tercabik-cabik
seperti kisah ibuku tentang tubuh ayahku
namun aku tak bisa marah
apalagi mendendam
siapa yang harus kumarahi?
kepada siapa dendam musti kutumpahkan?

sungguh aku tak mengerti
apa yang sebenarnya telah terjadi
sungguh aku tak paham
kenapa aku harus menanggung
dosa-dosa ayahku
yang tak pernah kusaksikan

atau, inikah yang dinamakan
dosa keturunan?

* * *

19. SATU OKTOBER ENAM LIMA

dinihari, satu oktober enam lima
telah kalian bantai para penyandang bintang tiga
yang menghias di pundaknya
atasnama dewan revolusi
untuk menyelamatkan presiden

dan mereka kalian tuding sebagai anggota komplotan
yang akan merebut kekuasaan
atasnama dewan jenderal
dengan menggulingkan presiden

dan semua itu hanya fitnah
yang membuat bumi negeri ini
mandi darah

kalian hanya diperalat
oleh partaimu yang selalu mengaku
progresif revolusioner
dan pembela nasakom

kalian terjerumus ke dalam lubang
yang dibuat oleh pimpinanmu sendiri yang justru
ingin merebut kekuasaan
sambil mengibarkan bendera
dewan revolusi

karena itu
kini kalian hingga tujuh keturunan
harus pula kubantai
atasnama pancasila
karena akulah penguasa

aku bilang ya
aku bilang tidak
terserah kemauanku
karena di hadapanku
kalian adalah sampah

aku perintah bakar
aku perintah bunuh
tergantung instruksiku
karena di hadapanku
kalian bukanlah manusia

* * *

20. P L A N T U N G A N *)

di plantungan desa yang dingin itu
di barak-barak kotor bekas tempat
perawatan penderita lepra
yang juga dihuni ular, ulat, dan
kelabang serta serangga
kami yang tercatat menjadi
anggota gerwani
atau dicap sebagai orang gerwani
atau samasekali bukan gerwani
dikumpulkan sebagai tahanan

kalian dikumpulkan di sini sebagai hukuman
karena kalian wanita tidak bermoral
berani memotong kelamin dan mencungkil mata para jenderal
kata pak kepala yang suka memperkosa
dan menghamili tapol wanita

bila suatu saat akan tiba
utusan dari palang merah internasional
pak kepala pun melatih mereka
menyanyikan lagu wajib dalam
paduan suara yang nyaring

kalau ditanya pagi sarapan apa?
nasi, dengan lauk daginggg ......!
minumannya?
segelas susuuuu ......!

kalau makan siang?
nasi dan suppp ..........!
tambahan gizinya?
semangkuk bubur kacang hijauuu ....!

kalau makan malam?
nasi, sayur sana teluurrrr....!!
buahnya?
pisannggg ......!

seorang dokter yang lancang
berteriak garang pada mereka yang datang
semua bohonngggg.....!
inilah makanan kami
sambil menunjukkan sayur bayam
yang telah kusam menghitam

para tapol wanita itu memang makan
dari hasil berkebun dan membuat
kerajinan tangan sendiri
tanpa penghasilan itu
mereka akan didera kelaparan
dan mati tanpa ada yang peduli

*). Dari wawancara dengan sejumlah mantan
anggota Gerwani yang ditahan di Plantungan
Bawang, Jawa Tengah.


E K S E K U S I (2)

Kumpulan puisi dari nomor 21 sampai nomor ......

oleh
HD. Haryo Sasongko

21. GESTAPU
HEWAN APAKAH ITU?

tiba-tiba nama ini demikian populer
dikutuk di mana-mana
dihujat siapa saja
yang ingin selamat agar tak dituduh
sebagai pendukungnya

gestapu artinya memotong kelamin seorang jenderal
perbuatan biadab yang tak manusiawi

gestapu artinya mencungkil mata
seorang jenderal
perbuatan sadis manusia atheis

gestapu adalah pemberontakan untuk
merebut pemerintahan yang sah
lewat sejuta fitnah

siapa mendapat stempel terlibat gestapu
seperti terlempar ke neraka
di sepanjang hidupnya
juga bagi anak, suami, istri, dan cucunya
yang tak mengerti apa-apa

gestapu bukanlah manusia
tetapi hewan apakah itu
tak seorang pun tahu

yang jelas tergolong hewan buas
karena sanggup menerkam jenderal
bahkan berani merebut kekuasaan

gestapu adalah kata yang harus disebut
dalam setiap pidato, seminar dan diskusi
penataran atau santiaji
dengan penuh rasa benci
demi agar si pembicara mendapat gelar pancasilais sejati

pidato tanpa mengutuk gestapu
sama artinya dengan
mengutuk dirinya sendiri

gestapu potret segala bentuk kejahatan
yang bisa dituduhkan pada siapa saja
untuk dibabat habis bagai rumput
atau digusur lumat bagai ilalang

membasmi mereka adalah pahala
yang bisa menghapus segala dosa
membantai mereka adalah kesetiaan
pada keadilan dan kebenaran

tak penting yang dibasmi dan dibantai
bersalah atau tidak bersalah
demi pengabdian pada tirani
sebab keadilan dan kebenaran di sini
artinya adalah kekuasaan

22. PENGADILAN DARI ATAS
KUBURAN *)

hari ini aku diberhentikan
dari pekerjaan
karena di kuburan liar itu
dikabarkan telah ditemukan
tulang belulang ayahku
yang terlibat gestapu

ketika itu aku masih anak ingusan
saat ayahku mengalami pembantaian
setelah dibawa pergi ke tengah hutan
yang dikenal bernama "alas roban" **)

dan sejak itu
aku tak pernah melihatnya lagi
kecuali mendapati sepotong kisah
dari ibuku
bahwa ayahku hanya petani yang bisa
menanam padi
dan bisa membaca
serta menuliskan namanya sendiri

tapi ayahku dibawa massa
bukan karena pandai menanam padi
melainkan karena dituduh menjadi anggota
dewan revolusi

dan kini aku ikut diadili
limabelas tahun kemudian
setelah ayahku tinggal tenang
di kuburan

aku dijatuhi hukuman berdasarkan bukti
dan saksi
tulang belulang ayahku yang tak bisa
bicara lagi

dan setelah itu
aku harus diadili untuk yang kedua kali
oleh para tetangga
teman dan kerabat
yang ketakutan dituduh
ikut terlibat

aku menjadi terhukum
yang dihukum


*) Dari wawancara dengan seorang bekas buruh
perusahaan tenun dari Wiradesa, yang kemudian
mencari ikan di pantai Pekalongan.

**) "alas roban" nama hutan jati di daerah Plelen,
sebelah timur Pekalongan. Dikenal sebagai
tempat eksekusi para tapol.

23. SUATU MALAM,
KETIKA AKU TERBANGUN
DARI MIMPI


(catatan harian seorang anak petani)

malam itu hanya suara jengkerik
yang berderik
bersiul riang di halaman rumahku
atau mungkin di kebun
aku tak peduli dan pergi tidur

suara jengkerik itu tak terdengar lagi
tidurku lelap ditimpa mimpi
ada suara orang menggedor pintu
dok dookkkk dooookkkkkk
aku terbangun
kaget

rupanya bukan mimpi
aku melihat beberapa orang berwajah bengis
menembus gerimis
melompat seperti harimau
menerobos pintu
mana bapakmu, mana emakmu
hardik mereka

mataku masih merah
tubuhku gemetar
menyaksikan kedua orangtuaku
mereka seret sambil menghujani pukulan
bak buk bak buk bak buk

kepala ayahku bersimbah darah
baju ibuku berlumur darah
lalu semua pergi menembus gerimis
hilang lenyap di tengah malam yang kelam

aku melompat dan menjerit
memburu mereka
mengejar mereka
tapi tak sepotong kata kudengar
kecuali suara jengkerik yang terus berderik

puluhan tahun telah berlalu
sejak peristiwa itu hadir di mataku
dan aku tetap hanya bisa menjerit
memburu mereka dalam mimpi-mimpiku
mengejar mereka dalam angan-anganku

dan aku tetap tak pernah tahu
di mana dan bagaimana mereka
seolah musnah
ditelan bumi

24. SEBUTIR PELURU
UNTUK PENGANTIN BARU *)

pagi buta, tiga maret enam-enam
berondongan tembakan memecah kesunyian
hutan desa dempes di wonosobo
dua puluh enam manusia tersungkur
ke bumi
dan ditanam dalam dua lubang

mereka adalah tapol
yang diambil dari penjara wirogunan
yogyakarta
mereka dinaikkan ke atas truk
untuk "dipindahkan"
seorang ibu mencatat nama-nama mereka
secara diam-diam di pinggiran kertas
kitab suci yang dibawanya
karena ada firasat
mereka yang "dipindahkan" itu
takkan pernah kembali lagi
untuk selamanya

sudjijem pengantin baru
terbawa dalam"pemindahan" itu
dngan sebuah cincin kawin yang melingkar di jarinya
ia terkubur bersama mereka
mungkin juga dengan suaminya
di lubang itu

waktu pun berlalu
selama orde baru
berkuasa
rahasia kebiadaban itu tersimpan rapi
tak seorang saksi berani bersuara
tak seorang pelaku berani mengaku
hingga di era reformasi
dan jasad mereka digali kembali

tulang-tulang yang rapuh
penuh lubang peluru
dan cincin kawin itu
menjadi saksi bisu
atas suatu kebiadaban
yang pernah terjadi
di negeri ini

25. MALAM PENGHABISAN *)

pagi ini seorang lagi telah pergi
untuk selamanya
setelah sepanjang malam
didera siksa
punggungnya dipukuli
dengan ujung tulang ekor ikan pari
kepalanya dijadikan bola
oleh sepatu para tentara

pagi ini para tapol lainnya berkabung
sambil berbisik dalam hati
sesudah engkau, kapan pula giliranku?
setiap malam datang menjelang
maut pun datang menjemput

mungkin satu mungkin pula lima
sekali bawa

dan mereka yang masih tersisa
hanya bisa menunggu
datangnya malam penghabisan
di mana segalanya bakal habis

dan esok pagi
tubuhnya habis pula
hilang ditelan bumi


*) Diangkat dari hasil wawancara dengan
seorang bekas tapol (aktivis PKI Surabaya)
yang ditahan di Penjara Lowokwaru dan
beberapa bekas tapol (aktivis Serikat Buruh,
BTI, IPPI) yang terjaring Operasi Kalong dan
ditahan di Penjara Salemba Jakarta serta
mereka yang ditahan di Penjara Pekalongan.

26. MEREKA YANG TELANJANG
DI PESTA KALONG *)

satu demi satu pakaian mereka dilepas
dengan paksa di bawah moncong senjata
"kalian gerwani harus diperiksa dan diteliti
apakah di pahamu ada simbol palu arit pe-ka-i"

lalu mereka disuruh menari
"harum bunga"
ditingkah tawa para tentara
yang meraba-raba tubuhnya
"ini operasi kalong
kalian tak boleh bohong!"
hardik tim pemeriksa
sambil mulai menyiksa

dan para gerwani harus mengaku
apa yang mereka tak tahu
tentang peristiwa di lubang buaya
yang tak pernah dilihatnya


*) Diangkat dari hasil wawancara dengan
seorang bekas anggota Serbuni (Serikat Buruh
Unilever) dan beberapa bekas anggota
Gerwani & IPPI yang terjaring
Operasi Kalong.

27. P R O K L A M A S I

bocah kecil itu wajahnya memerah
saat melihat di lapangan
bendera merah putih dikibarkan
dan proklamasi kemerdekaan dibacakan

baginya dia tak paham
saat anak-anak sekolah dengan
pakaian seragam menyeru
merdeka! merdeka!

aku tidak merdeka
gerutu bocah itu
ayahku, ibuku, juga tidak merdeka
mereka masih seperti burung
dikerangkeng besi
dengan duabelas butir jagung sehari

tiba-tiba mata bocah itu berair
dia pun ternyata juga dikerangkeng
tak ada kerabat mau mendekat
tak ada bocah lain mau berteman
tak ada pintu sekolah yang terbuka

kau anak pe-ka-i
tak layak untuk didekati
kata mereka
bocah itu kembali menyeka
air matanya

28. RENUNGAN SEORANG TAPOL

lebih sepuluh tahun aku menyandang
gelar tapol
sejak aku ditangkap dan dijebloskan
ke dalam penjara
aku disebut tahanan politik
meskipun jelas aku buta politik

aku hanya tahu bagaimana
mengolah tanah
dengan cangkulku di atas lahan basah
aku hanya paham bagaimana
menabur benih
agar tumbuh subur dan berbuah
untuk menyambung nyawa anak-anakku
istriku dan diriku
sendiri

tapi telunjuk itu menudingku
dengan wajah garang
engkau pasti be-te-i!!!
suaranya menyambar seperti
halilintar

ya, aku memang anggota be-te-i
tapi aku tak kenal dewan revolusi

engkau pasti orang pe-ka-i!!!
katanya dengan suara membahana

ya, aku memang bersimpati pada pe-ka-i
karena janjinya untuk membela
nasib kaum tani

tapi kenapa karena semua itu
aku ada di sini?
terpasung oleh anyaman besi?
ditelikung oleh tuduhan yang tak kumengerti?
termasuk yang menangkapku

ya, aku juga tak tahu
tapi ini perintah
kata si garang itu

tapi kenapa kau mau melakukan
perintah yang tak kau pahami
dan tak manusiawi?

jangan cerewet
bentaknya lagi
si halilintar itu pun pergi


29. SESUDAH MENYANYI
GENJER-GENJER

mungkin belum sampai sepuluh kali
mereka naik panggung
sejak menjadi anggota lekra
karena diajak temannya

dalam kemeriahan pesta kampung
atau hari ulang tahun
mereka semua menyanyi
genjer-genjer
lagu populer yang berkisah tentang
kehidupan petani
yang miskin dan tersingkir
ke pinggir

semua menyanyi
semua menari
dan bagaikan dikomando
penonton ikut serta
suaranya menggema
ditingkah senyum ceria

sambil menyanyi
mereka merasa sedang berevolusi
sambil menyanyi
mereka merasa sedang berjuang
membela kaum tani

genjer-genjer adalah lagu
yang melambangkan derita manusia
dan potret kehidupan
rakyat miskin

sampai kemudian
badai oktober enam lima
menggulungnya
dan mereka kehilangan senyumnya
bahkan juga nyawanya
karena didera amuk massa

panggung itu pun roboh
mereka juga roboh
dan harus pindah
ke penjara

30. SESUDAH NONTON WAYANG
AKU DIGANYANG *)

saat itu aku tidur sampai siang
karena semalam nonton wayang
ketika tiba-tiba rumahku digedor
dan dikepung dari segala penjuru
ganyang saja...! ganyang saja ...!!
mereka berseru
seperti orang kesurupan

kamu ikut membunuh jenderal
di lubang buaya!
sekarang ganti kamu ikut aku untuk kubunuh
kata mereka sambil mengokang senjata
sejumlah pentungan menghujani kepalaku
yang lain mengikat tanganku
dan beberapa sepatu berpaku
menendang tubuhku

di sini tidak ada buaya, kataku
mereka tak peduli
saya tak pernah membunuh siapa-siapa
juga tak pernah membuat lubang
untuk memelihara buaya
karena itu tak ada lubangbuaya
di rumahku

mereka tak mau mengerti
aku digelandang ke kantor polisi
bertemu dengan ayahku
dalam satu kerangkeng
dan kami diperlakukan seperti bola
yang ditendang dengan sepatu berpaku

kulihat tubuhnya memar
seperti tubuhku
kepalanya berdarah
seperti kepalaku

hari-hari selanjutnya hanyalah
hujan pukulan dan banjir cacian
tanpa pertanyaan
hanya meriah tendangan
tanpa pemeriksaan
karena mereka tak punya mulut
apalagi alasan dan perasaan
kenapa semua itu mereka lakukan

mereka hanya punya otot tangan dan kaki
yang harus dicuci bersih

mereka melakukan penangkapan
memang tidak untuk mencari keterangan
mereka melakukan penyiksaan
memang tidak untuk mendapat pengakuan

mereka melakukan semua itu
karena alasan yang satu
mereka ingin memastikan
di hadapan massa
bahwa dirinya bukan gestapu

mereka juga tak tahu apa itu
lubang buaya
mereka hanya mendapat berita radio
dan suratkabar
pengikut gestapu membunuh
para jenderal
di tempat itu

tetapi ada yang aku tahu
mereka kawan ayahku

31. N U S A K A M B A N G A N *)

bila malam datang menjelang
bukan hanya suara anjing menggonggong
menyaingi debur ombak pantai
yang menerpa ujung barat pulau ini
tempat pembuangan yang tidak manusiawi

tetapi juga suara tembakan
dor! dor! dor! dor....!
dan beberapa orang tapol yang kurus itu
tanpa daya
rebah di pasir hitam basah
mayatnya kemudian diseret ombak
ke tengah laut

atau dikubur oleh sesama tapol
yang akan segera menyusul
mendapat giliran serupa
besok

tulang belulang mereka di pasir dangkal
menjadi ajang pesta
anjing kelaparan


*) Dari wawancara dengan anak pensiunan
pegawai penjara Blok Permisan,
Nusakambangan

32. PERCAKAPAN SEORANG
AYAH DENGAN ANAKNYA



untuk apa kau bawa makanan ini
ke penjara
besok atau lusa aku tetap akan mati
dieksekusi

si anak meneteskan
air mata

dan untuk apa kau menangis
besok atau lusa aku tetap akan dibantai
sampai mati

si anak kehabisan
air mata

keduanya saling pandang
lengang
hanya tangan mereka bisa bersentuhan
di celah terali besi yang bisu

33. PERCAKAPAN SEORANG
ANAK DENGAN ANGIN LALU

ayahku mati
ibuku mati
kakak dan saudaraku mati
semua keluargaku mati
juga tetanggaku
terbunuh
apa salah mereka?

angin lalu itu membisu
mungkin dia tak mengerti
negeri ini pernah dilanda badai
dan jutaan rakyat mati terbantai

betulkah mereka semua hilang
ditelan bumi
karena dituduh ikut pe-ka-i
dan merebut kekuasaan?

angin lalu itu berbisik lembut
kekuasaan siapa akan direbut
ketika bung karno juga dibantai?

tetapi apakah engkau tidak tahu
kenapa semua itu musti terjadi?

angin lalu itu berlalu
mungkin dia tak paham
bagaimana harus memberi jawaban

34. TENTANG TUHAN DAN
PANCASILA

katanya engkau bertuhan
tapi perilakumu seperti setan
katanya engkau pancasilais
tapi sikapmu bengis seperti iblis

kau menyiksa sesama anak bangsa
seperti membantai anjing yang menyebar
penyakit menular
"ini untuk membela negara dan melindungi rakyat"
teriakmu

kau membunuh sesama manusia
seperti membabat
rimbunan alang-alang
"ini untuk menegakkan keadilan dan kebenaran"
katamu

kau membakar ribuan rumah
hingga rata dengan tanah
"ini karena pemiliknya orang komunis yang atheis"
seru mulutmu

kau merajalela atasnama bendera
pancasila
kau main hakim sendiri atasnama
panji-panji demokrasi

sejak kapan kau menjadi tirani
terhadap saudara-saudaramu sendiri?
sejak kapan kau menjadi penguasa
dengan menggunakan hukum rimba?

kau pun saudaraku
seperti aku adalah saudaramu
hanya kemudian kau lupa
karena percaya pada berita
kau kemudian mabok
karena nuranimu telah dirampok
oleh fitnah dan isu politik

kita sebenarnya sama-sama korban
untuk dijadikan tumbal atasnama kekuasaan
kita sebenarnya sama-sama rakyat
hanya rakyat dan rakyat ada bedanya
dengan ujung bedilmu kau menindasku
dengan ujung jarimu kau pasung hak hidupku

inilah makna tuhan dan pancasila
yang kau ajarkan lewat penataran
seminggu sekali

35. PERCAKAPAN SEORANG
CUCU DENGAN KAKEKNYA

kenapa ayahku mati dibunuh, tanya seorang cucu
karena dia terlibat g-30-s,
jawab sang kakek
apakah itu g-30-s?
itu suatu gerakan untuk membunuh
para jenderal

tetapi apakah di kampung ini
ada jenderal kek?
tentu saja tidak cucuku
di kampung ini hanya ada kopral
jenderal adanya di jakarta

kalau begitu, kenapa ayahku harus mati
dibunuh di kampung ini?
diamlah cucuku
nanti bisa giliran kau yang mati dibunuh

36. PERTANYAAN SEORANG
ANAK PADA IBUNYA

di saat yang sepi
seorang anak bertanya pada ibunya
yang duduk sendiri

kenapa dulu bapak ditangkap massa
ramai-ramai menghajarnya hingga
tubuh bapak mandi darah?

si ibu diam, matanya berkaca-kaca

kenapa kemudian bapak dibunuh
dan diceburkan ke lubang itu?

si ibu diam, matanya berair

kenapa yang ikut membunuh bapakku
kemudian merawat kita, memberi uang
dan pakaian pada ibu?
juga menyekolahkan diriku?

si ibu diam, airmatanya mengalir

kenapa dari tadi ibu diam tak mau
menjawab pertanyaanku?

nanti kau akan tahu semua jawabannya
si ibu diam lagi
si anak juga ikut diam
sepi

37. PULAU BURU
PADA SUATU HARI *)

di pulau ini tubuh ribuan tapol
dibakar matahari
mandi keringat oleh panas yang menyengat
dalam kerja paksa
di bawah ancaman laras senjata

di pulau ini ribuan tapol harus pandai mencuri
hasil jerih lelah sendiri
kalau tidak mau mati
kelaparan

pulau buru, saksi bisu
ladang pembantaian
dan pemerkosaan hak asasi manusia
ribuan tapol menjadi terpidana
tanpa pernah disidangkan
ke depan pengadilan

pulau buru, saksi bisu kejahatan
orde baru
ribuan tapol harus berhadapan
dengan tantangan kehidupan
yang tak diinginkan

mereka mengolah hutan rimba
dan bumi yang tidak ramah
untuk menghidupi dirinya

karena penguasa yang menahannya
tak mampu memberinya makan
merekalah yang justru menghidupi
para petugas keamanan
dengan memberinya upeti

di pulau buru ini semua tapol tak lagi
dipandang sebagai manusia
yang masih perlu dihargai
karena pesakitan politik
memang tak punya harga

setiap hari mereka boleh dieksekusi mati
atasnama dosa yang tak mereka ketahui
setiap hari hasil kerja mereka
boleh disita
atasnama keamanan negara

sesobek koran yang terselip di sakunya
atau apel yang terlambat dilakukan
bisa mengantarnya
ke kuburan

setiap saat tonwal boleh menjatuhkan
hukuman
sesuai kemauan
karena mereka berkuasa penuh
untuk menganiaya atau membunuh

tapol adalah sampah
boleh disapu dan dibakar
atau dibuang ke kali
tapol adalah tanaman beracun
yang perlu dicabut dan disingkirkan
agar tak merusak harmoni
kehidupan

mereka yang terbuang di pulau buru
adalah mahluk berbahaya
yang harus dikarantina
sepanjang masa
agar pe-ka-i
tak bisa hidup kembali



*) Berdasarkan penuturan
Irawan Prodjokusumo (almarhum),
seorang kader IPPI Jakarta
yang ikut dibuang ke Pulau Buru.
Ia meninggal karena sakit lever

38. T A P O L

apakah itu tapol, pak?
tanya si anak pada bapaknya
yang baru pulang dari penjara

tapol artinya tahanan politik
apakah bapak orang politik?
bukan, bapak petani yang tak tahu politik
apakah bapak anggota partai politik?
bukan, bapak tidak pernah berkenalan
dengan partai politik

tetapi kenapa ditahan sebagai tapol
sejak saya dalam perut
hingga kini
saya dewasa?

ya, karena tidak tahu politik itu
bapak ditangkap dan disebut tapol

39. AKU PRAJURIT TJAKRA

aku memang seorang prajurit
tjakrabirawa
pengawal presiden pemimpin besar revolusi
tugas dan tanggungjawabku
hanya satu
taat perintah pada atasan

aku hanya mengenal kata-kata
"siap kerjakan!"

dan aku bukan preman
yang dididik untuk melakukan
penculikan

aku juga bukan ahli politik
yang dilatih untuk menjadi alat
merebut kekuasaan

tetapi aku kemudian dilucuti
setelah tragedi itu terjadi
dan dijebloskan ke balik terali besi
tak pernah diadili

ketika aku dibebaskan
disambut tetangga dengan ejekan
caci maki datang silih berganti
inikah kesetiaan pada atasan
yang harus kubayar?

ini dia prajurit tukang menculik
teriak tetangga juga sanak saudara
dan membunuh para jenderal
tanpa kemanusiaan, tanpa moral

tugasnya mengawal pemimpin besar
revolusi
perbuatannya kontra revolusi
tugasnya menjaga istana
kerjanya membuat bencana

bahkan
mereka ikut pesta harum bunga
di lubang buaya

pantas kalau dia menjadi
prajurit tapol
juga pantas kalau dibunuh
karena berani membunuh
atasannya

40. KALI BRANTAS

di kali brantas ini
air merah bercampur darah
saksi kisah ribuan anak manusia
yang hanyut tanpa nyawa lagi
bahkan tak jelas mana kepalanya
mana pula badannya

malam demi malam
mereka yang berindikasi pendukung
dewan revolusi
dikirim ke laut tanpa nyawa lagi
lewat kali brantas ini

kali yang semula ramah dengan airnya
yang jernih dan akrab dengan petani
tiba-tiba menyajikan
pemandangan mengerikan
yang tak terbayangkan bisa terjadi
di negeri yang beradab ini

tak ada sudut yang kosong
dari manusia tanpa nyawa
yang tubuhnya tak lengkap lagi

mereka seperti tebangan batang pisang
yang terbuang
terbawa arus yang mengalir lambat
karena begitu banyaknya mayat
yang menghambat dan menyumbat

seperti kuburan bergerak
berarak-arak
berbenturan dengan ribuan batu
menuju ke laut

kali brantas
saksi bisu sejarah bangsa yang kelabu

kali brantas
persinggahan terakhir
korban pembantaian tanpa pengadilan

kali brantas
tempat sesama anak bangsa
yang belum jelas salah dan dosanya
membayar tuntas
harga mahkota yang dipasang
di kepalanya
sebagai pengkhianat dan pemberontak

di tepi kali brantas ini
aku berdiri menyaksikan pemandangan
yang tak pernah kuimpikan

(bersambung)

E K S E K U S I (3)

Kumpulan puisi dari nomor 41 dan nomor seterusnya

oleh
HD. Haryo Sasongko

41. DARI TAPOL MENJADI TAPOL

pak dandim bilang, aku sudah bebas
pak danres bilang, aku sudah bebas
pak danramil bilang, aku sudah bebas
pak camat bilang, aku sudah bebas
pak lurah bilang, aku sudah bebas
pak er-te bilang, aku sudah bebas

ya, semua orang bilang aku bukan
tapol lagi
tapi apa arti semua ini
ketika surat pembebasan itu tak berdaya
mengembalikan martabatku sebagai manusia
juga keluargaku dan saudara-saudaraku?

di alam bebas ini kami tetap tidak bebas
dulu dibilang sampah
kini dikatakan sampah busuk
dulu dibilang bukan orang
kini dianggap bukan lagi manusia

semua tetangga menghindar
atasnama "bersih lingkungan"
semua kenalan menjauh
karena di ka-te-pe-ku ada kode "e-te"
yang mematikan semua langkahku
dan memotong hak hidupku

kaki tanganku dipasung
dalam tembok asap
yang tak kasatmata

semua itu membangunkan diriku
dari mimpi
ternyata aku kembali
menjadi tapol lagi

42. P E M B A N G U N A N (I)

pembangunan adalah kata-kata membingungkan
bagi orang miskin dan tak berpendidikan
karena mereka tak mampu menyerap maknanya
yang sering terjungkir balik
kepala jadi kaki
kaki jadi mahkota

pembangunan adalah rahmat dan pintu sorga di bumi
bagi mereka yang kaya dan bermata jeli
karena mereka mampu merekayasa
yang haram jadi halal
yang bathil jadi adil

mereka bilang pembangunan demi rakyat
lainnya berseru rakyat demi pembangunan

mereka bilang tanpa rakyat
pembangunan tak bermakna
lainnya berteriak tanpa pembangunan rakyat tak berarti

ah, siapakah gerangan engkau wahai pembangunan

wajahmu mirip buah dadu
penampilanmu seperti ramalan
kode lotre buntut
penuh permainan kata dan angka
namun tak pernah bisa ditebak
hari ini kata apa bakal muncul
besok pagi angka berapa bakal tampil

yang sudah jelas tampil
pembangunan adalah ayat suci
yang harus dibaca setiap kali
rakyat bertanya
dan dunia yang memberi utang ingin
mendeteksi

43. P E M B A N G U N A N (II)

pembangunan adalah harapan
ketika peluh menetes ke bumi
dan perut mulai menyanyi

pembangunan adalah janji
tatkala otot-otot kaki mengejang
sementara di depan mata
membentang jurang

pem - ba - ngun - an
ini suatu kata yang memabukkan
di dalamnya tersirat sejuta makna
yang bersumber pada kerinduan
di mana
kekuasaan menjadi pengayom
keadilan sebagai panutan

pembangunan
bukan lahir karena takdir
dia proses yang disengaja
lewat keringat, darah dan air mata
juga kejujuran dan kelicikan
buah pikir dan kearifan

dia jantera yang terus berputar
menggerakkan mesin kehidupan kita
manusia mengolah bumi
bumi menghidupi manusia

pembangunan
membuat semua orang jadi gandrung
semua ingin berkiprah tanpa resah
semua merasa wajib menanam
semua merasa berhak memetik
apa saja

kecuali yang di kepalanya
diberi mahkota anggota gestapu
meskipun telah meneteskan keringat
dalam kerja paksa di bawah todongan
moncong senjata

nelayan di laut
petani di gunung
pejabat di ruang rapat
konglomerat di rimba beton
adalah bagian dari jantera
yang terus berputar
atas nama
pembangunan

44. P E M B A N G U N A N (III)

di masa pembangunan ini
rakyat telah kehilangan kata dari lidahnya
karena dipasung
berjuta slogan suci dan basa basi

di masa pembangunan ini
otak rakyat telah dikebiri
karena dijejali
berjuta pidato pengarahan
dan santiaji

sungguh menyedihkan
bila pembangunan malah melahirkan
kelumpuhan

sungguh mengerikan
bila pembangunan malah membuahkan
keserakahan

menjauhkan nurani
dari rasa keadilan dan kebenaran

tetapi itulah yang kini
tengah terjadi
pembangunan melahirkan berjuta slogan
berwajah mutiara

yang gemerlap di mata konglomerat
dan menyenangkan di hati birokrat
namun menusuk nurani rakyat

45. POLITIK NO EKONOMI YES

pembangunan adalah urusan perut
bagaimana agar dari lapar
menjadi kenyang
pembangunan adalah urusan
menyiapkan gedung sekolah dan irigasi
bagi anak-anak dan para petani

pembangunan adalah urusan merakit besi
untuk jembatan dan jalan layang
pembangunan adalah urusan membabat hutan
dan monopoli jeruk
pembangunan adalah menumpuk limpahan
hutang luar negeri
untuk kerajaan bisnis dan kroni

rakyat diperas untuk pembangunan
tetesan keringatnya dibayar murahan

setelah lelah bicara politik dan revolusi
kini mereka lelah menghapal slogan
demokrasi pancasila dan penataran

nation building diganti crony building
character building diganti
economic animal building

dulu ekonomi untuk revolusi
kini ekonomi untuk kroni
tak ada tempat untuk politik
karena semua sudah diatur
lewat monoloyalitas

ini yang harus kau coblos,
ini wadah yang harus kau tempati
ini seragam yang harus kau pakai
ini simbol yang harus kau pasang
di bajumu

berpoltik hanya mengundang bencana
karena bisa menggugah kesadaran
dan kesadaran musuh tirani

berpolitik artinya mengasah pikiran
dan pikiran bisa membahayakan
kursi kekuasaan

rakyat tetaplah mesin
yang tak boleh berpikir
apalagi berpendapat dan berdebat

semua itu tabu
tak sesuai aspirasi orde baru
semua itu dosa
tak sejalan dengan demokrasi pancasila

46. BALADA PEDAGANG
ASONGAN

aku melihat kalian ada di mana saja
aku mendengar kalian diperlukan
siapa saja
yang sedang melintas di jalanan
emper pertokoan dan seluruh
lorong-lorong kota

tetapi aku tak pernah mengerti
kenapa kalian harus jadi buronan abadi
para punggawa tatapraja
yang mengibar-ngibarkan bendera ketertiban
kebersihan dan keindahan

sejak kapan hak hidup seseorang
boleh dirampas
demi ketertiban
sejak kapan hak hidup seseorang
boleh diperkosa
demi keindahan kota
dan sejak kapan hak hidup seseorang
boleh disapu bersih
demi kebersihan

adalah kewajiban
para punggawa tatapraja
untuk menjaga keamanan
tetapi keamanan tidak harus ditebus
dengan kematian hak hidup seseorang

adalah tugas para pengelola kota
untuk menegakkan ketertiban
tetapi ketertiban tidak harus dibayar
dengan hilangnya periuk nasi seseorang

mungkin kita semua
memang sedang letih
setelah sekian lama harus berputar
menghidupkan slogan
melestarikan semboyan
yang dipajang di gerbang kota
dan spanduk jalanan

ataukah pembangunan memang berhak
membunuh nurani
dan peraturan boleh mengalahkan
keadilan?

47. PERCAKAPAN ANTARA
TULKIYEM DENGAN SEORANG
KONGLOMERAT

suatu hari
tulkiyem bertemu seorang konglomerat
dalam mimpi

engkau serakah
isi seluruh negeri ini
telah kau jarah
katanya

siapa bilang begitu
aku sedang berpartisipasi
membangun negeri
mengolah sawah menjadi pabrik
mengubah rawa menjadi rumah mewah

adalah hakku untuk menjadi kaya
karena kaya tak dilarang oleh negara
adalah hakku untuk menikmati
sorga ibu pertiwi
yang tumbuh dan bersemi di setebah bumi
karena bumi milik kita bersama

di era globalisasi
setiap orang bebas berkreasi
dan menjadi kaya adalah bagian
dari hak kami yang harus dilindungi

salah kau sendiri
bila kau tak bisa menggunakannya
salahmu sendiri
bila kamu tak mampu memanfaatkannya

tulkiyem terpana
semuanya benar
tetapi apakah benar berarti adil?
semuanya sesuai peraturan
tetapi apakah peraturan
berarti kejujuran?

di sinilah masalahnya
aku bicara soal keadilan
kau bicara soal legalitas
sedangkan legalitas bisa dipangkas
peraturan bisa dimainkan

tulkiyem berteriak garang
tetapi tak seorang pun peduli
lalu sebuah truk dinas kebersihan
segera mengangkutnya
ke panti penampungan para gelandangan
dan orang sakit ingatan
di pinggiran kota

tulkiyem menjerit memekakkan telinga sendiri
namun tak seorang mau mengerti
bahkan di saat ia bangun
dari mimpi

ia semakin merasa sepi
terasing tersingkir dan tersungkur
di tengah negerinya sendiri yang sangar

ia pun pergi
bersama debu-debu
yang berlalu

48. PERCAKAPAN DI SEBUAH
WARUNG KOPI

hari ini kita berbicara tentang
moral, ekonomi dan demokrasi
tetapi apakah itu masih ada gunanya, katamu
ketika kata-kata telah menjadi tirani
dan moral telah meninggalkan nurani?

kemaren pagi ada unjuk rasa
sorenya ada unjuk kuasa
derap langkah mereka berbenturan
hati terluka, langit terluka, bumi terluka
dan matahari menangis menyaksikan
mereka yang tanpa daya harus berguguran
kehilangan kemerdekaan di atas
bumi merdeka
dan hukum di negeri hukum
yang telah pucat pasi

tetapi ada yang tak bisa ditutupi, kataku
karena semangat dan jiwa demokrasi
tak pernah bisa mati

49. K E A D I L A N

siapa bilang keadilan telah pergi
dari tengah-tengah kita
ketika kita terus sibuk mencarinya

dia tetap ada di mana-mana
hanya kita harus tahu
bagaimana cara mendapatkannya

sebab
keadilan adalah pengabdian
yang ada di telapak kaki
mereka yang menunggu upeti

keadilan adalah kebenaran
menurut selera pemegang kekuasaan
dan selera
tak bisa diperdebatkan
dengan pasal hukum pidana
atau perdata

keadilan adalah dongeng
yang tetap mengasyikkan bagi anak-anak manja
yang sedang berangkat tidur malam
keadilan adalah bunga cantik
yang tetap menggairahkan untuk dipetik
oleh mereka yang tak pernah paham
apa arti kolusi

mimpi tentang keadilan
membuat hati rindu dan berbunga bunga
tanpa keadilan sama artinya dengan
kematian

keadilan adalah harapan
yang tak pernah selesai dibicarakan
namun selalu sirna diterpa kenyataan

berjuta orang harus mati memeluk bumi
atasnama keadilan

50. SIAPA PENJARAH DAN
PERAMPOK HARTA NEGERI INI?

kau tuding mereka penjarah
padahal mereka saksi sejarah
yang telah lama mencatat
dalam nuraninya
tentang penguasa yang serakah
dan telah menjadikan negeri ini
lahan usaha keluarga untuk tujuh turunan

hari ini
perut mereka yang lapar telah meledak
menyemburkan dendam kemarahan
dan kekesalan
tumpah ruah di pertokoan
sepanjang jalan
menyulut api di pusat-pusat perbelanjaan

dan hari ini
tubuh jakarta menjadi merah
langit jakarta menghitam
jantung jakarta berhenti berdetak
hati jakarta gelisah

o, ibu pertiwi
mereka yang telah kau lahirkan
dan kemudian tangan, kaki dan mulutnya terbelenggu
hari ini mereka berusaha merebut kemerdekaan
lewat penjarahan
hari ini mereka berusaha mengobati luka
di lembah nuraninya yang paling dalam
lewat perampokan

memang benar, menjarah dan merampok itu dosa
memang benar, membakar dan
merusak toko
itu melawan hukum
tetapi menjarah dan merampok
selama sehari
tentu dosa dan hukumannya menjadi
tak berarti
bila dibanding kalian
yang menjarah dan merampok
harta jutaan rakyat
kemerdekaan jutaan rakyat
rasa keadilan jutaan rakyat
selama lebih tiga dasawarsa

51. K O R B A N

siapakah engkau yang berdiri di sana
memelototkan mata ke segenap penjuru
ketika kakiku gemetar
karena merasa menanggung berjuta dosa
akibat tak bisa mendekat kepadamu
di saat engkau mungkin memerlukan diriku

engkaulah lapar
engkaulah ingar bingar
engkaulah sayap-sayap yang terkapar
dan terdampar
di atas karang kehidupan
begini gersang
di celah keserakahan duniawi
yang menusuk nurani

o, saudara-saudaraku
maafkan dengan berjuta slogan yang mungkin
pernah mereka lantunkan
atau berjuta janji yang mungkin
pernah mereka nyanyikan
atasnama undang-undang nomor sekian
dan surat keputusan nomor sekian

padahal
engkau tetap lapar dan terkapar
di tengah timbunan
pernyataan dan slogan suci

karena kita semua hanyalah korban
yang selalu mereka puji dan ratapi
demi mempertahankan
kelestarian kursinya

karena kita hanyalah hiasan
yang selalu dipasang
untuk menarik perhatian
bantuan luar negeri

52. CATATAN PERJALANAN

betapa jauh perjalanan
telah kau tempuh
dan masih jauh lagi
gunung serta sungai
yang harus kita lintasi

ketika keringat telah mengucur deras
dan kulit punggungmu yang dibakar
terik matahari
mulai mengelupas

sementara waktu terus berlalu
dan mereka yang memegang kuasa
atas perputaran
roda kehidupan kita
semakin tak peduli
apakah kita masih hidup atau sudah mati

dengan uang mereka mencipta kekuasaan
dengan kekuasaan mereka memasung kedaulatan
seluruh milik kita
atasnama kepentingan
pembangunan negara dan bangsa
padahal negeri ini juga milik kita
dan kita adalah bagian dari bangsa ini

tetapi inilah potret
perjalanan kehidupan kita
ketika peluh dan cucuran air mata
tak lagi punya harga
dan pita-pita suara kita yang melantunkan
jerit hati nurani
tak lagi punya arti

hidup hanyalah susunan angka-angka
dan keadilan hanyalah hasil akhir
perhitungan laba rugi

siapa menentang
ia akan terus terpasung
di tengah arus perjalanan panjang
dalam keserakahan

siapa bereaksi
ia akan mati
tanpa seorang pun peduli

53. DARI REVOLUSI
HINGGA REFORMASI

dulu ada revolusi agustus empat lima
yang mempertahankan kedaulatan
bangsa dan negara

kemaren juga ada dewan revolusi
yang melahirkan tragedi
jutaan orang mati

kata bung karno
revolusi bisa makan anak-anaknya
sendiri
sudah selesai atau belum selesai
dalam revolusi
manusia ibarat kayu bakar
yang terlempar
ke atas api

dan kini disusul dengan reformasi
orang bilang reformasi adalah perubahan
orang bilang reformasi adalah perbaikan
orang bilang reformasi adalah reformasi

bagi rakyat kecil
reformasi adalah penyakit sesak nafas
bagi rakyat kecil
reformasi adalah penyakit menular
bagi rakyat kecil
reformasi tak lain busung lapar

sementara bagi mereka yang punya kuasa
reformasi adalah perebutan kursi
dan kursi adalah jembatan untuk korupsi

dulu politik adalah panglima
kemudian ekonomi adalah panglima
kini pencuri adalah panglima

seperti revolusi
reformasi juga bisa makan
anak-anaknya sendiri

54. MENCARI GEMA PROKLAMASI
DI ERA REFORMASI


hari itu, tujuhbelas agustus empat lima
kau kumandangkan proklamsi kemerdekaan negeri ini
ke segala penjuru bumi

"kami bangsa indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan indonesia"

proklamasi yang kau bacakan itu
bukanlah puisi tanpa makna
juga bukan rangkaian kata tanpa arti

dunia berguncang
negeri dengan tujuhpuluh juta rakyat
yang pernah ditindas berabad-abad
telah bangkit sebagai
negara berdaulat

kami berhutang kepadamu bung karno!
karena kami belum mampu melaksanakan
apa yang telah kau amanatkan
di balik makna proklamasi kemerdekaan
yang kau kumandangkan

setelah kami dibelenggu
selama rezim orde baru berkuasa
kini di era reformasi
kami tetap terpasung kedaulatannya
kami kembali terjajah
oleh sesama bangsa sendiri

suara rakyat tak lagi punya makna
di depan penguasa
karena penguasa tak merasa
memiliki rakyat
yang dulu pernah mendukungnya
duduk di singgasana

kami, yang dulu mandi darah
di tempat ini
karena mendukung nyanyian demokrasi
malah tercampakkan bagai sampah
dan tersingkir bagai pesakitan politik

bung karno!
maafkan kami dengan amanatmu
dan proklamasi kemerdekaan yang kau kumandangkan
karena semua itu
belum mampu memerdekakan
kami yang ada di sini
dari belenggu tirani



55. BUSUNG LAPAR


seorang ibu membawa anaknya
ke kelurahan
sambil menangis dan bicara terbata-bata
pak lurah, tolonglah anak saya ini
katanya

mata pak lurah terbeliak melihat si anak
kurus kering perutnya buncit
kenapa dibawa kemari?
mestinya ke puskesmas!
pak lurah mengacungkan jari
agar si ibu dan anak segera pergi

dia sakit busung lapar korban reformasi
karena itu saya datang ke kelurahan
minta keadilan

pak lurah matanya melotot
apa hubungan busung lapar dengan
reformasi?

karena ada reformasi, setiap orang
bikin partai dan rebutan kursi
anak saya terlantar
tak ada yang mengurusi

kau kurangajar!
anak ini kurang gizi!

ya kurang gizi sebagai korban ketidakadilan
karena ada reformasi semua korupsi
tapi semua bicara anti korupsi
anak saya tidak kebagian apa-apa lagi

kau lebih kurangajar!
menghina pemerintah!
busung lapar soal penyakit
bukan urusan politik

ya tapi semua orang bicara politik
siapa yang mau mengurus penyakit?
malah penyakit untuk kampanye politik!

pak lurah semakin marah
si ibu semakin kesal
anaknya sudah megap-megap mau mati
saya akan rapat dulu untuk menolong
anakmu

tidak perlu!
si ibu membawa anaknya pergi
dia tahu pak lurah akan kampanye
menegakkan keadilan dan kemanusiaan
juga pemberantasan korupsi
siapa tahu
terpilih lagi

56. R E F O R M A S I



pagi sekali
seorang ibu mendatangi rumah dinas
ketua de-pe-er di daerahnya
suami saya sakit aneh
katanya

ya tapi ini bukan rumah sakit
dan saya bukan dokter
kata pak ketua
sambil membetulkan
letak dasinya

tapi bukankah ketua wakil rakyat
harus memperhatikan nasib rakyatnya?
apalagi kata dukun
suami saya kena virus reformasi
karena itu suka ketawa sendiri
dan pak ketua yang paling mengerti
untuk mengobati

ketua de-pe-er itu terpana
belum pernah dia mendengar
ada penyakit reformasi

apakah dia biasa menerima amplop
sehingga bisa ketawa sendiri?

justru tidak pernah
karena itu perlu dipilih menjadi
anggota de-pe-er
agar penyakit anehnya hilang

kau sudah menghina
seolah anggota de-pe-er
tukang menerima amplop

kau sudah melecehkan bangsa dan
negeri ini
dengan menuduh wakil rakyat
tukang korupsi

bawalah suamimu kembali ke dukun
ketawa sendiri itu sakit gila
dan orang gila tak bisa diobati
dengan amplop
kau tak boleh menginjakkan kaki
di rumah dinas ketua wakil rakyat ini lagi

perempuan itu pergi
di pintu gerbang dia berteriak
apakah amplop bukan penyakit
yang bisa mengobati
segala penyakit?

tak ada jawaban
pintu rumah yang megah itu
sudah ditutup

57. SESUDAH EMPATPULUH TAHUN BERLALU

entah berapa juta jumlah mereka
korban pembantaian yang lolos dari maut
dan menderita dalam siksa serta hukum rimba
karena dituduh terlibat gestapu-pe-ka-i

entah berapa puluh juta jumlah mereka
para anak cucu, cicit, saudara dan keluarga para tapol
yang terpasung kehilangan hak perdata
juga hak menyuarakan kebenaran dan keadilan
untuk dirinya

mereka terstigmatisasi
mungkin sampai mati
mereka dituduh keluarga pengkhianat
mungkin sampai hari kiamat

tragedi kelam empat puluh tahun lalu
tetap kelam hingga hari ini
bagai hantu

anak cucu yang di masa itu
masih berada di perut sang ibu
kemudian lahir ke dunia dalam sengsara
dan terbelenggu
dosa warisan

mereka terperosok di lumpur kelam
tersingkir di kegelapan fitnah
karena penggelapan sejarah

tragedi itu memang tak pernah
mereka saksikan
tetapi mereka ikut sebagai pesakitan
tragedi itu memang tak pernah
mereka rasakan
tetapi mereka ikut menelan penderitaan

tanpa ada pembelaan
tanpa ada perlindungan
tanpa ada keadilan

58. REKONSILIASI


engkau bilang rekonsiliasi untuk mengobati luka
yang telah ditoreh sesama anak bangsa
engkau berseru rekonsiliasi untuk mengembalikan jati diri bangsa
yang hilang diterjang badai

siapa yang membuat luka?
luka tak bisa diobati dengan maaf dan ampunan
siapa menghembuskan badai?
badai tak dapat dihentikan dengan bersalaman

rekonsiliasi tak dapat dibangun
di atas puing pelanggaran hukum
rekonsiliasi tak dapat hidup
di atas tulang belulang korban ketidakadilan

rekonsiliasi tanpa hukum dan keadilan
hanyalah sandiwara kekanak-kanakan
untuk melanggengkan kekuasaan
mereka yang dulu tangannya berlumuran darah

rekonsiliasi hanya ada dalam retorika
bila hukum tetap terpasung
dan keadilan tetap menjadi dongeng
untuk membuat kita tidur lelap

59. M A A F

engkau berpidato dengan manis
dosa-dosa kalian sudah kami maafkan
tetapi kenapa kalian tetap meradang
dan tak tahu diri
malah mau menghidupkan kembali pe-ka-i?

engkau berceramah di depan anak-anak ingusan
dosa mereka yang dulu memberontak
dan mendukung pe-ka-i telah diampuni
tapi mereka malah mau bangkit kembali
dan merebut kekuasaan di negeri ini

dan jutaan tulang belulang di perut bumi itu
ganti bertanya: kenapa kami yang dimaafkan?
bukankah kalian yang melakukan pembantaian?

kami kalian tuduh pemberontak
kami kalian hujat sebagai pengkhianat
kalianlah yang harus minta maaf kepada kami
dan kalau itu terjadi
kami tak pernah akan memaafkan
sebelum kalian dijatuhi hukuman

60. S U A R A


ketika reformasi bergulir
para politisi karbitan yang ingin
meraih kedudukan
tersenyum manis di atas onggokan
tulang belulang
nenek moyang kami

nasib kalian akan kuperjuangkan
keadilan akan kutegakkan
kalian adalah saudara dan darah dagingku
yang harus dibela dengan segala cara

dan kemudian kau menyodorkan
formulir menjadi anggota partai
kalian korban orde baru, katamu
partaiku musuh orde baru, teriakmu

karena itu suaramu perlu mendukung
partaiku

kini kau menang karena suara kami
tetapi kami tetap kalah
di bawah sol sepatumu


(Ini merupakan puisi terakhir dari 60 judul yang ditampilkan setiap hari.
Bila petikan kumpulan puisi ini dihimpun maka akan menjadi rajutan kisah sejarah
mulai Pengumuman Dewan Revolusi, pembantaian massal,
kudeta lewat Supersemar, era Orde Baru hingga Reformasi. Sebagai penutup,
rangkaian puisi ini akan diakhiri dengan sebuah cerpen berjudul PEMBEBASAN
yamg akan disajikan pada 31 Oktober 2005. Kepada Pembaca, mohon maaf bila sajian kami
selama ini mengecewakan atau malah mengganggu. Hanya inilah partisipasi kami yang
dapat kami lakukan dalam rangka ikut memperingati 40 TAHUN TRAGEDI KEMANUSIAAN '65).

( DI COPY PASTE DARI SITUS UMAR SAID.COM )


Tidak ada komentar: