Jumat, 06 Juni 2008

Epilepsi bukan Penyakit

Epilepsi bukan Penyakit, 85%

Bisa Sembuh

Epilepsi atau ayan bukanlah penyakit, melainkan suatu kondisi yang timbul akibat munculnya impuls listrik otak (seluruh bagian otak) yang bekerja tidak semestinya. Gejala klinisnya sangat kompleks, tetapi proses abnormal listrik sel-sel otak itu bisa terlihat pada Elektro Encephalografi (alat rekam listrik otak).

Hal tersebut ditegaskan Dr Nizar Yamanie, spesialis saraf RSUPN Cipto Mangunkusumo kepada Media di Jakarta beberapa waktu lalu.Pada keadaan normal, dipaparkan Nizar, listrik otak akibat reaksi yang timbul adalah semua fungsi tubuh normal, seperti fungsi motorik, sensorik, fisik, dan organ-organ autonom.

”Ketika serangan epilepsi datang, penderita tersebut memancarkan listrik berlebih di otaknya yang mengakibatkan berbagai bentuk serangan. Misalnya, mendadak jatuh, kejang-kejang, kehilangan kontrol pada fungsi kencing atau buang air, mendadak mencium bau aneh, mendengar suara aneh, terjadi halusinasi atau ilusi, dan melihat kilatan-kilatan cahaya,” urai ketua yayasan Epilepsi Indonesia ini.

Penyebab epilepsi sendiri, menurut Nizar, terbagi dua kelompok, yakni idiopatik dan symtomatic. Idiopatik merupakan golongan yang belum atau tidak diketahui penyebabnya.

”Termasuk dalam bagian ini adalah yang bersifat diturunkan atau keturunan (genetik). Dari golongan idiopatik sebagian besar tidak permanen, sehingga pada usia tertentu akan sembuh total. Saat ini berkembang penelitian tentang pengobatan genetik,” tegas Nizar.

Sebaliknya pada penyebab symtomatic, dijelaskan Nizar, adalah golongan penderita epilepsi yang diketahui penyebabnya, seperti kelainan metabolik, trauma kepala, tumor kepala, stroke, kelainan pembuluh darah otak, infeksi otak, kelainan otak bawaan lahir atau pada perkembangannya, keracunan otak seperti logam timah dan penyakit-penyakit lain semisal Lupus Erythematosus

Ada yang mengatakan, jika tersentuh busa atau lidah penderita epilepsi yang sedang terserang akan tertular. Padahal tidak, penyebabnya adalah seperti yang saya sampaikan di atas,” tegasnya.

Prevalensi penderita epilepsi di Eropa yang berpenduduk 810 juta orang, menurut Nizar, terjadi serangan satu atau lebih dari sepanjang hidup orang Eropa terdapat 16 sampai 40 juta orang. Kasus insiden baru antara 40 sampai 70 per 100 ribu penduduk terdapat 0,3 sampai 0,6 juta orang menjadi epilepsi per tahunnya.

”Prevalensi di belahan Eropa baik kasus baru dan lama yang masih aktif per tahun ada 0,4 sampai 0,8 atau sebesar 3,2 sampai 6,5 juta orang,” ujarnya.

Untuk Amerika dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang, diketahui terjadi insiden epilepsi 30-50 orang per 100 ribu per tahunnya. Prevalensinya 5-8 orang per 1.000 orang per tahun atau 1,25 sampai 2 juta orang per tahunnya.

”Sayangnya, prevalensi di Indonesia belum diketahui datanya secara pasti dan akurat,” kata Nizar lagi.Tidak ter-cover-nya penderita epilepsi ini dirasakan Nizar, karena faktor ekonomi, sehingga tidak pergi/berobat ke dokter dan faktor sosial.”

Diperberat lagi dengan mitos atau stigma bagi penderita epilepsi. Mereka dikatakan kemasukan setan atau diguna-guna, sehingga enggan berobat ke dokter. Sakit mental atau idiot. Ada lagi yang mangatakan kalau penyebabnya karena keturunan. Padahal, persentasenya sangat kecil dan itu pun sebagian besar terjadi pada usia tertentu dan sembuh,” urai Nizar.

Epilepsi, ditegaskan Nizar, sesungguhnya dapat disembuhkan dengan obat-obat biasa. ”Dari seluruh penderita epilepsi hampir 85% sembuh total dan sisanya bisa terkontrol. Bahkan dalam persentase kecil operasi perlu dilakukan,” katanya.

Menurut Nizar, epilepsi merupakan kelainan kronik susunan saraf pusat tanpa membedakan umur, ras, agama, geografik, gender, dan status sosial.

”Julius Caesar, Napoleon Bonaparte, Vincen van Gogh, Thomas Edison, Leonardo da Vinci adalah sedikit contoh orang-orang besar yang membuat sejarah yang menderita epilepsi,” tegas Nizar.

Kematian pada penderita, yakin Nizar, bukan disebabkan semata-mata oleh epilepsinya sendiri. Kecuali pada penderita (status epilepsi) dengan tipe kejang umum (terus-menerus) .

”Kematian lebih disebabkan karena benturan kepala akibat pendarahan otak atau diperburuk oleh penyakit lain, seperti jantung atau organ pernapasan, serta sebab-sebab nonmedis, semisal putus asa, sehingga melakukan bunuh diri,” urainya.

Menangani Epilepsi

* Epilepsi bukan penyakit, tetapi suatu kondisi akibat timbulnya impuls listrik otak yang tidak bekerja normal.

· Pertolongan pertama:
Pada waktu serangan penderita tidak melukai dirinya;

  • jangan memaksa dengan kekuatan untuk menahan gerak penderita, kecuali pada tempat berbahaya;
  • letakkan di tempat datar jika serangan pada posisi duduk atau berdiri;
  • lepaskan semua yang mengganggu di leher;
  • jauhkan semua benda keras atau berbahaya dari penderita;
  • posisikan pada satu sisi mulut/kepala penderita untuk mencegah tertelannya ludah atau sesuatu di mulut;
  • letakkan bantalan lunak pada kepala dan leher;
  • jangan masukkan sesuatu baik makanan/minuman/ obat ke mulut;
  • setelah serangan biasanya lemas, perlu dibantu untuk pulang, tetapi jika tidur biarkan sampai bangun.
sumber: http://www.mail-archive.com/ayahbunda-online@yahoogroups.com/msg06250.html

Tidak ada komentar: